Kamis, 27 Maret 2014

KHILAFAH DAN DEMOKRASI

Oleh: Adian Husaini*
Sebenarnya, masalah demokrasi bisa dibicarakan dengan lebih ilmiah. Istilah “demokrasi” tidak tepat didikotomikan dengan istilah “khilafah”. Tetapi, lebih tepat, jika “demokrasi” versus “teokrasi”. Sistem khilafah beda dengan keduanya. Sebagian unsur dalam sistem khilafah ada unsur demokrasi (kekuasaan di tangan rakyat) dan sebagian lain ada unsur teokrasi (kedaulatan hukum di tangan Tuhan). Membenturkan demokrasi dengan khilafah, menurut saya, tidak tepat.
Sistem demokrasi ada yang bisa dimanfaatkan untuk dakwah, Karena adanya kebebasan berpendapat. Maka, Hizbut Tahrir justru berkembang ke negara-negara yang menganut sistem demokrasi, seperti di Indonesia. Di AS, Inggris, dsb, HT lebih bebas bergerak dibanding dengan di Arab Saudi. Karena itu, demokrasi memang harus dinikmati, selama tidak bertentangan dengan Islam. Itulah yang dilakukan oleh berbagai gerakan Islam, dengan caranya masing2. ada yang masuk sistem politik, ada yang di luar sistem politik,tetapi masuk sistem pendidikan, dll.  Tapi, mereka tetap hidup dan menikmati sistem demokrasi. saat HTI menjadi Ormas, itu juga sedang memanfaatkan sistem demokrasi, karena sistem keormasan di Indonesia memang “demokratis”.

Rabu, 03 Juli 2013

LOGIKA SEDERHANA IMAM HASAN AL-BANNA



Hasan Al-Banna punya sebuah majelis taklim. Majelis ilmu itu dilaksanakan di sebuah masjid pada malam hari. Jama'ah. pengajian itu semakin hari semakin membludak saja. Maklum, tutur kata ustadz muda itu begitu menyentuh jiwa.

Suatu hari, Hasan Al-Banna merasakan adanya nuansa aneh di majelis taklimnya. Jama'ah pengajiannya duduk berkelompok. Ada dua kelompok besar. Masing-masing mengambil jarak.

Sebelum lagi Hasan Al-Banna memulai acara taklimnya, tiba-tiba sebuah pertanyaan mengejutkannya. Sebenarnya nada pertanyaan itu datar saja, tapi hati Hasan Al-Banna yang begitu peka menangkap sebuah pesan yang besar dalam pertanyaan itu. 

"Bagaimana pendapat ustadz mengenai tawassul?" Sang guru yang ditanya terdiam sejenak. Ditatapnya si penanya. Disapunya satu per satu hadirin yang menatapnya dengan raut wajah menunggu.

Sabtu, 13 April 2013

TUKANG CUKUR DENGAN LANGGANANNYA

Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya.

Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.

Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.

Si tukang cukur bilang, "Saya tidak percaya Tuhan itu ada".
"Kenapa kamu berkata begitu???". timpal si konsumen.
"Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, di jalanan untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada."
"Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada. Adakah yang sakit?? Adakah anak terlantar??"

Jumat, 21 September 2012

STOKEN BERJALAN

Mungkin ada yang masih bertanya, apa itu stoken?? padahal itu merupakan sebutan lain dari kaos kaki. Stoken sebenarnya berasal dari kata stocking yang artinya kaos kaki. Begitu kena lidah orang Aceh maka terpelesetlah dia jadi stoken atau itoken. Stoken adalah sarung kaus yang khusus digunakan pada kaki, konon, stoken sudah ada sejak jaman batu. Seiring dengan kemajuan zaman maka bentuk, warna dan bahan untuk membuatnya juga ikut berubah-ubah sesuai dengan selera pemakainya.

Tulisan ini bukan bermaksud ingin membahas tentang cara membuat, desain terbaru, sejarah, prospek pasarnya ataupun dampak negatif yang ditimbulkan oleh kaos kaki apabila terus-menerus dipakai tanpa dicuci. Namun lebih mengarah ke dampak pelanggaran cara berpakaian khususnya bagi wanita-wanita Muslimah dimanapun mereka berada. Sebenarnya tidak pantas disebut pelanggaran, sebab cara berstoken tidak ada aturan khusus atau terdapat dalam Undang-undang RI bahkan dalam Piagam PBB pun tidak terpikir sama sekali saat draftnya disusun. Pepatah mengatakan lain ladang lain belalang, lain tempat lain aturan. Stoken akan menjadi masalah jika pakaian yang dulunya pasangan bagi celana pendek ini dipakai oleh wanita yang berada dalam wilayah yang mengatur cara berbusana bagi rakyatnya, salah satunya Aceh.

Kamis, 16 Agustus 2012

SHALAT TARAWIH DI KAMPUNGKU


Mesjid Baitul Huda Dikampungku
Salah satu ibadah yang dinantikan saat Ramadhan adalah shalat tarawih. Bahkan Ramadhan sudah sangat identik dengan shalat sunat ini, selain tadarrus al-Quran, bersedekah atau mudik. Pelaksanaan tarawih disetiap tempat tentu berbeda-beda, ada yang 8 rakaat tambah witir, ada yang 20 rakaat tambah witir juga ada yang lebih dari rakaat itu. Ada juga yang setiap 2 rakaat sekali salam juga ada 4 rakaat sekali salam. Perbedaan-perbedaan tersebut haruslah disikapi dengan bijak menurut kadar ilmu yang kita miliki agar terhindar dari perselisihan dan keretakan ukhuwah.

Dikampung saya, tepatnya Kampung Kutablang Kecamatan Banda Sakti Pemerintahan Kota Lhokseumawe, Aceh (orang Aceh menyebut Kampung dengan Gampong). Ibadah tarawih juga bervariasi terutama dari jumlah rakaat, yaitu 8 dan 20 rakaat. Jamaah tarawih 20 ikut bersamaan dengan jamaah tarawih yang 8 rakaat, saat jamaah 8 selesai beserta dengan witirnya yang 20 terus melanjutkan tarawihnya, tentu dengan imam yang baru atau imam tarawih 8 yang melanjutkan tarawihnya.

Sabtu, 21 Juli 2012

PASUKAN MUSLIMIN JUGA PERNAH TERKECOH

Ketika pasukan Muslim melakukan ekspansi ke Spanyol, tidak selamanya kaum Muslimin dapat meraih kemenangan yang memuaskan. Setidaknya mereka telah terkecoh dan dibuat malu saat bertempur di wilayah Murcia, Spanyol. Penguasa wilayah yang pernah berhadapan dengan kaum Muslimin itu, Theodomir, mempertahankan negerinya dengan sekuat tenaga. Ia merupakan seorang yang cerdas dan berpengalaman. Namun saat bertempur di tempat terbuka, ia dan pasukannya menderita kekalahan telak. Berikut cerita singkatnya;

Pertempuran awal dimenangkan oleh kaum Muslimin di bawah pimpinan Abdul Azizi ibn Musa. Theodomir dan pasukannya lari dan berlindung di balik benteng Orihuela. Kota benteng tersebut terkenal sangat kokoh, tapi jumlah pasukannya terlalu sedikit untuk mampu bertahan dari kepungan lawan. Ia pun segera memerintahkan seluruh wanita di kota tersebut untuk memanggul senjata dan membuat penampilan mereka

Rabu, 20 Juni 2012

BAGAIMANA MUSLIM MENYIKAPI DEMOKRASI?

Dalam pembahasan tentang demokrasi, alangkah baiknya jika kita bicarakan pendapat Islam tentang demokrasi. Menurut Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, para pemikir yang berbicara tentang demokrasi telah terbagi ke dalam beberapa kelompok yang berbeda, mereka yakni;  

1.  Menolak Demokrasi Atas Nama Islam
Kelompok ini melihat bahwa demokrasi dan Islam adalah dua hal yang bertentangan yang tidak akan pernah bertemu. Mereka beralasan:
a. Islam berasal dari Allah sedangkan demokrasi merupakan hasil karya manusia.
 b. Demokrasi berarti kekuasaan dari rakyat untuk rakyat, sedangkan Islam adalah hukum Allah.
 c. Demokrasi ditentukan oleh suara terbanyak padahal belum tentu suara terbanyak merupakan kebenaran.
 d. Demokrasi adalah hal baru yang termasuk dalam kategori bid'ah dalam agama, generasi sebelumnya tidak mengenal adanya sistem demokrasi.
 e. Demokrasi merupakan produk bangsa Barat yang beragama Nasrani atau beraliran sekuler, mereka tidak mempercayai adanya kekuasaan agama terhadap kehidupan dunia. Mereka adalah orang-orang kafir yang tidak percaya pada kenabian, ketuhanan dan adanya pembalasan. Bagaimana mungkin kita menjadikan mereka sebagai imam yang kita ikuti?

Karena alasan-alasan inilah kemudian dengan tegas mereka menolak demokrasi, mereka juga menentang orang beragama Islam yang membela dan mengusung demokrasi. Bahkan mereka tidak segan-segan menuduhnya sebagai orang kafir